- Tema
- Latar atau setting
- Alur
- Tokoh
- Penokohan
- Sudut Pandang (Point of View)
- Gaya Bahasa
- Amanat
Berikut saya berikan contoh cerpen :
Harapan
yang Tertunda
Monster
Been merajalela menyerang kota Rotterdam tempatku tinggal saat ini, dengan
ribuan prajurit dan meriam di bawanya, luluh lantaklah kota ini, hingga tinggal
diriku saja yang tersisa. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan mencoba
melawannya, tapi sebuah tebasan samurai menusuk jantungku dan aku berteriak hingga
terbangun dari tidurku yang lama.
Ku
pandang sekitarku, dengan rasa tak percaya kutampar pipi kiriku keras- keras.
“
Auuu…..hanya mimpi ternyata “.
Ku
lihat sebuah jam dinding klasik yang tergantung di dinding kamarku, jarumnya
berdetak pelan mengikuti irama jantungku, terlihat waktu menunjukkan pukul lima
pagi. Ayam- ayam berkokok merdu saling bersahut- sahutan di bawah mentari yang
masih malu menampakkan kilaunya.
Pagi
ini aku merasa sangat ngantuk karena semalam aku bermain game komputer hingga
larut malam dan hanya tidur selama empat jam saja. Segera kulipat selimutku dan
menuju ke ruang keluarga untuk nonton Spongebob Squarepants, acara TV
kesukaanku, sementara Ibuku sudah bangun mendahului aku dan sibuk di dapur
menyiapkan sarapan untuk keluarga. Ketika
sedang asyik menonton TV, aku melihat iklan, kalau nanti sore grub band the
Changcuter mengadakan konser di lapangan merdeka kota Rotterdam. “ wehhh…
Keren! nanti nonton ahhh”. Kemudian aku menghampiri ibuku.
“
Mama…. Mama, nanti aku mau lihat The Changcuter ya”!
“
Di mana ”? Tanya ibuku. “ di lapangan merdeka Ma”.
“
Ya…Boleh tapi nanti hati- hati ”. “ Oke
Ma”. Jawabku. Lalu aku kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan menonton TV. Tidak lama kemudian sarapan telah siap. Aku
langsung menuju ke meja makan untuk sarapan bersama kakak dan ayahku. Aku makan
dengan lahap sekali hingga ku habiskan semua jatah sarapanku.
Selesai
makan, aku menuju ke dapur untuk membuat secangkir kopi. Aku membuat secangkir
kopi untuk menghilangkan rasa kantukku yang terasa sangat memberatkan mata dan
kepalaku. Kemudian ku minum kopi itu dengan perlahan- lahan karena terasa
sangat panas.
“ Hemh.. nikmat juga ini kopi, ploooong rasanya“! Kataku dalam hati.
Kemudian
aku segera mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Sekitar
pukul 7.30 aku berangkat ke sekolah diantar ayahku menggunakan mobil Chevrolet
kesayangannya. Selama di perjalanan aku berbincang- bincang dengan ayahku
terutama soal konser nanti sore.
“
Papa… Nanti aku pulang sekolah mau langsung liat konser The Changcuter ya pa”!
Seruku pada ayahku.
“
Sama siapa nontonnya “? Tanya ayahku.
“
Gampanglah Pa.. Nanti aku ajak teman- temanku nonton bareng”. Jawabku.
Tidak
terasa, lima belas menit lama waktu perjalanan telah ku lalui dan mobil
berhenti tepat di depan pintu gerbang SMP 007 Rotterdam tempatku sekolah. Tidak
lupa aku juga berpamitan pada ayahku sebelum aku keluar dari mobil. Bapak/ Ibu
guru telah menyambut murid- muridnya di sebuah lorong panjang yang merupakan
jalan untuk menuju ke halaman sekolah. Aku berjabat tangan dan menyapa mereka
sambil memberikan senyumanku yang manis sekali.
Sampai
di kelas aku mencari Ichfan, Pato, dan Ganso untuk ku ajak nonton konser The
Changcuter bersamaku nanti sore.
“
Hai bro… nanti mau nonton The Changcuter gak”? Tanyaku pada mereka.
“
Di mana”? Tanya Pato.
“
di lapangan merdeka bro”. Jawabku.
“
Haaaa… Yang bener bro, The Changcuter?, Ok nanti kita nonton bareng”. Seru
Ganso.
Tepat pukul 7.05 pelajaran dimulai.
Jam pertama hingga ke dua adalah pelajaran matematika dan Bu Nana merupakan
guru matematikaku. Bu Nana adalah guru matematika yang galak, selama pelajaran
matematika ini aku berusaha untuk memperhatikan Bu Nana yang sedang mengajar
agar aku tidak dimarahi olehnya. Aku sudah sering dimarahi oleh Bu Nana karena
berbagai alasan, seperti tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku matematika,
dan membuat gaduh ketika Bu Nana sedang mengajar.
Setelah pelajaran matematika
selesai, dilanjutkan dengan pelajaran yang berikutnya yaitu bahasa Indonesia,
geografi, dan sejarah. Selama pelajaran bahasa Indonesia, geografi, dan
sejarah, aku tidak memperhatikan guru- guru yang mengajar. Aku malah sibuk
berbincang- bincang dengan temanku Ichfan, Pato, dan Ganso tentang konser The
Changcuter nanti sore karena kami ingin sekali untuk menyaksikan penampilan The
Changcuter di atas panggung. Kami berbincang- bincang lama sekali hingga tak
terasa bel panjang tanda pelajaran usai untuk hari ini berbunyi tapat pukul
satu siang. Aku merasa senang sekali.
“ Wahhhh… akhirnya selesai juga
pelajaran hari ini”. Ujarku.
“ Ech nanti konsernya jam berapa
bro”? Tanya Pato padaku.
“ Jam- jam empat… Ayo kita main dulu
sambil nunggu sore”! ajakku.
“ Oke”.
Kami menuju ke lapangan sepak bola
yang berada di dalam SMP ku untuk bermain bola bersama sambil menunggu konser
The Changcuter. Kami bermain dengan enjoy
dan diselingi canda gurau untuk membuat suasana menjadi menyenangkan.
Terlihat di atas kepala, langit
berwarna coklat kehitaman kehilangan warna putih cerahnya yang mengagumkan
tanda akan turun hujan.
“
Waduh… Bentar lagi hujan nih”! Seruku.
“
Gak masalah bro”. Kata Ganso.
Kemudian
kami melanjutkan permainan kami dan selang beberapa menit kemudian turun
rintik- rintik hujan. Kami tidak peduli dengan semua itu dan tetap bermain
sepak bola hingga hujan turun dengan derasnya dan kami berteduh di bawah atap
depan kelas kami.
“
Gimana nih bro? Hujannya tambah deras aja”. Ujarku dengan sedikit cemas.
“
Santai aja bro.. Nanti juga reda!” Kata Pato.
“
Ahhh… Gue pulang sekarang aja nanti kita ketemuan di lapangan merdeka ”.
Kataku. Bye………..
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment